Alkisah, di tengah samudra yang maha luas, tampaklah ombak besar sedang
bergulung-gulung dengan suaranya yang menggelegar, tampak bersuka ria
menikmati kedasyatan kekuatannya, seakan-akan menyatakan keberadaan
dirinya yang besar dan gagah perkasa.
Sementara itu, jauh di belakang gelombang ombak besar, tampak sang ombak
kecil bersusah payah mengikuti. Ia terlihat lemah, tertatih-tatih, tak
berdaya, dan jauh tersisih di belakang. Akhirnya, ombak kecil hanya bisa
menyerah dan mengekor ke mana pun ombak besar pergi. Tetapi, di
benaknya selalu muncul pertanyaan, mengapa dirinya begitu lebih lemah
dan tak berdaya?
Suatu kali, ombak kecil bermaksud mengadu kepada ombak besar. Sambil
tertaih-tatih ombak kecil berteriak: “Hai ombak besar. Tunggu!”
Sayup-sayup suara ombak kecil didengar juga oleh ombak besar. Lalu sang
ombak besar sedikit memperlambat gerakannya dan berputar-putar mendekati
arah datangnya suara. “Ada apa sahabat?” Jawab ombak besar dengan suara
menggelegar hebat.
“Aih.pelankan suaramu. Dengarlah, mengapa engkau bisa begitu besar?
Begitu kuat, gagah, dan perkasa? Sementara diriku. ah. begitu kecil,
lemah dan tak berdaya. Apa sesungguhnya yang membuat kita begitu
berbeda, wahai ombak besar?”
Ombak besar pun menjawab, “Sahabatku, kamu menganggap dirimu sendiri
kecil dan tidak berdaya, sementara kamu menganggap aku begitu hebat dan
luar biasa, anggapanmu itu muncul karena kamu belum sadar dan belum
mengerti jati dirimu yang sebenarnya, hakikat dirimu snediri”. “Jati
diri? Hakikat diri? Kalau jati diriku bukan ombak kecil, lalu aku ini
apa?” Tanya ombak kecil, “Tolong jelaskan, aku semakin bingung dan tidak
mengerti.”
Ombak besar meneruskan, “Memang di antara kita terasa berbeda tetapi
sebenarnya jati diri kita adalah sama, kamu bukan ombak kecil, aku pun
juga bukan ombak besar. Ombak besar dan ombak kecil adalah sifat kita
yang sementara. Jati diri kita yang sejati sama, kita adalah air. Bila
kamu menyadari bahwa kita sama-sama air, maka kamu tidak akan menderita
lagi, kamu adalah air, setiap waktu kamu bisa menikmati menjadi ombak
besar seperti aku, kuat gagah dan perkasa.”
Mendengar kata-kata bijak sang ombak besar, mendadak timbul kesadaran
dalam diri ombak kecil. “Ya, benar, aku bukan ombak kecil. Jati diriku
adalah air, tidak perlu aku berkecil hati dan menderita.”
Dan, sejak saat itu, si ombak kecil pun menyadari dan menemukan potensi
dirinya yang maha dasyat. Dengan ketekunan dan keuletannya, ia berhasil
menemukan cara-cara untuk menjadikan dirinya semakin besar, kuat, dan
perkasa, sebagaimana sahabatnya yang dulu dianggapnya besar. Akhirnya,
mereka hidup bersama dalam keharmonisan alam. Ada kalanya yang satu
lebih besar dan yang lain kecil. Kadang yang satu lebih kuat dan yang
lain lemah.
Begitulah, mereka menikmati siklus kehidupan dengan penuh hikmat dan kesadaran.
Sebagai manusia, sering kali kita terjebak dalam kebimbangan akibat
situasi sulit yang kita hadapi, yang sesungguhnya itu hanyalah
pernak-pernik atau tahapan dalam perjalanan kehidupan. Sering kali kita
memvonis keadaan itu sebagai suratan takdir, lalu muncullah mitos-mitos:
aku tidak beruntung, nasibku jelek, aku orang gagal, dan lebih parah
lagi menganggap kondisi tersebut sebagai bentuk “ketidakadilan” Tuhan.
Dengan memahami bahwa jati diri kita adalah sama-sama manusia, tidak ada
alasan untuk merasa kecil dan kerdil dibandingkan dengan orang lain.
Karena sesungguhnya kesuksesan, kesejahteraan dan kebahagiaan bukan
monopoli orang-orang tertentu, jika orang lain bisa sukses, kita pun
juga bisa sukses! Kesadaran tentang jati diri bila telah mampu kita
temukan, maka di dalam diri kita akan timbul daya dorong dan semangat
hidup yang penuh gairah sedahsyat ombak besar di samudra nan luas. Siap
menghadapi setiap tantangan dengan mental yang optimis aktif, dan siap
mengembangkan potensi terbaik demi menapaki puncak tangga kesuksesan.
“Jati diri kita adalah sama-sama manusia! Tidak ada alasan untuk merasa
kecil dan kerdil dibandingkan dengan orang lain. Jika orang lain bisa
sukses, kita pun bisa sukses!”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar